Sabtu, 23 April 2011

 
Nama : Putu Devi Kharismasari
NIM   : 04.08.2065
Kelas  : D/KP/VI

Asuhan Keperawatan Pada Penderita PPOK

   
1. Definisi PPOK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai dengan
hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan
aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru
terhadap partikel atau gas yang beracun atau berbahaya.Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK, bahasa Inggris: Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) adalah penyakit paru kronik. PPOK ditandai dengan keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel, bersifat progresif, dan biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan sistemik.

2. Etiologi
Faktor – faktor yang menyebabkan timbulnya PPOK adalah :
1.      Kebiasaan merokok
2.      Polusi udara
3.      Paparan debu,asap,dan gas-gas kimiawi akibat kerja
4.      Riwayat infeksi saluran nafas
5.      Bersifat genetic yaitu defisiensi α-1 antitripsin

3. Patofisiologi
            Pada bronchitis kronik maupun emfisema terjadi penyempitan saluran nafas. Penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas dan menimbulkan sesak. Pada bronitis kronik, saluran pernafasan kecil yang berdiametre kurang dari 2 mm menjadi lebih sempit, berkelok-kelok, dan berobliterasi. Penyempitan ini terjadi karena metaplasia sel goblet.  Saluran nafas besar juga menyempit karena hipertrofi dan hiperplasi kelenjar mucus. Pada emfisema paru penyempitan saluran nafas disebabbkan oleh berkurangnya elastisitas paru-paru.


4.  Gambaran Klinis
Keluhan utama biasanya dimulai dengan batuk dan produksi sputum, bertahan atau kumat kembali setelah jangka waktu tertentu. Kemudian akan terjadi dispnoe saat beraktivitas yang dapat progresif. Pada pemeriksaan fisik mungkin terdapat krepitasi atau ronki pada paru. Tes fungsi paru menunjukkan pengurangan nilai FEV1 dan rasio FEV1/FVC yang tidak reversibel dengan bronkodilator. Pemeriksaan rontgen paru biasanya normal dan dapat menunjukkan perubahan emfisematous, yaitu diafragma rata dan tertekan serta area radiolusen termasuk bula atau bleb.
Dalam menilai gambaran klinis pada PPOK harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Onset (awal terjadinya penyakit) biasanya pada usia pertengahan,
b. Perkembangan gejala bersifat progresif lambat
c. Riwayat pajanan, seperti merokok, polusi udara (didalam ruangan,luar ruangan dan tempat kerja)
d. Sesak pada saat melakukan aktivitas
e. Hambatan aliran udara umumnya ireversibel (tidak bisa kembali normal).

5. Menifestasi Klinis
1. Batuk Kronis
2. Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukopurulen.
3. Sesak, sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan untuk bernafas.

Komplikasi
Infeksi yang berulang,pneumotoraks spontan,eritrositosis karena keadaan hipoksia kronik,gagal nafas, dan kur pulmonal.

6. Gejala PPOK
  • Batuk Perokok, keluhan terutama pada saat bangun tidur yang merupakan gejala bronkitis kronis.
  • Batuk berlendir yang kronis paling sedikit selama 3 bulan untuk bisa dikatakan bronkitis kronis.
  • Napas terengah-engah, kesulitan bernapas dan napas berbunyi disertai dengan sesak napas.
  • Jika keadaan semakin parah penderita akan mengeluh lemah badan, seolah-olah seperti tidak bertenaga.
7.      Diagnosis dan Klasifikasi (Derajat) PPOK
1.      Diagnosis
Dalam mendiagnosis PPOK dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (foto toraks, spirometri dan lain-lain). Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan foto toraks dapat menentukan PPOK Klinis. Apabila dilanjutkan dengan pemeriksaan spirometri akan dapat menentukan diagnosis PPOK sesuai derajat (PPOK ringan, sedang dan berat)
Diagnosis PPOK Klinis ditegakkan apabila:
1. Anamnesis:
 Ada faktor risiko :
- Usia (pertengahan)
- Riwayat pajanan
§ Asap rokok
§ Polusi udara
§ Polusi tempat kerja
2. Pemeriksaan fisik:
Pada pemeriksaan fisik seringkali tidak ditemukan kelainan yang jelas terutama auskultasi pada PPOK ringan, karena sudah mulai terdapat hiperinflasi alveoli. Sedangkan pada PPOK derajat sedang dan PPOK derajad berat seringkali terlihat perubahan cara bernapas atau perubahan bentuk anatomi toraks.
Secara umum pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut:
a. Inspeksi
- Bentuk dada: barrel chest (dada seperti tong)
- Terdapat cara bernapas purse lips breathing (seperti orang meniup)
- Terlihat penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu nafas
- Pelebaran sela iga
b. Perkusi
- Hipersonor
c. Auskultasi
- Fremitus melemah,
- Suara nafas vesikuler melemah atau normal
- Ekspirasi memanjang
- Mengi (biasanya timbul pada eksaserbasi)
- Ronki


3. Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada diagnosis PPOK antara lain : Radiologi (foto toraks),Spirometri,Laboratorium darah rutin (timbulnya polisitemia menunjukkan telah terjadi hipoksia kronik),Analisa gas darah,Mikrobiologi sputum (diperlukan untuk pemilihan antibiotik bila terjadi eksaserbasi)
Meskipun kadang-kadang hasil pemeriksaan radiologis masih normal pada PPOK ringan tetapi pemeriksaan radiologis ini berfungsi juga untuk menyingkirkan diagnosis penyakit paru lainnya atau menyingkirkan diagnosis banding dari keluhan pasien.
Hasil pemeriksaan radiologis dapat berupa kelainan :
- Paru hiperinflasi atau hiperlusen
- Diafragma mendatar
- Corakan bronkovaskuler meningkat
- Bulla
- Jantung pendulum

Dinyatakan PPOK (secara klinis) apabila sekurang-kurangnya pada anamnesis ditemukan adanya riwayat pajanan faktor risiko disertai batuk kronik dan berdahak dengan sesak nafas terutama pada saat melakukan aktivitas pada seseorang yang berusia pertengahan atau yang lebih tua.

Catatan: Untuk penegakkan diagnosis PPOK perlu disingkirkan kemungkinan adanya asma bronkial, gagal jantung kongestif, TB Paru dan sindrome obstruktif pasca TB Paru. Penegakkan diagnosis PPOK secara klinis dilaksanakan di puskesmas atau rumah sakit tanpa fasilitas spirometri. Sedangkan penegakan diagnosis dan penentuan klasifikasi (derajat) PPOK sesuai dengan ketentuan Perkumpulan Dokter Paru Indonesia (PDPI) / Gold tahun 2005, dilaksanakan di rumah sakit / fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki spirometri.
2. Penentuan Klasifikasi (derajat) PPOK
Penentuan klasifikasi (derajat) PPOK sesuai dengan ketentuan Perkumpulan Dokter Paru Indonesia (PDPI) / Gold tahun 2005 sebagai berikut :
1. PPOK Ringan
Gejala klinis:
- Dengan atau tanpa batuk
- Dengan atau tanpa produksi sputum.
- Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1
Spirometri:
- VEP1 • 80% prediksi (normal spirometri) atau
- VEP1 / KVP < 70%
2. PPOK Sedang
Gejala klinis:
- Dengan atau tanpa batuk
- Dengan atau tanpa produksi sputum.
- Sesak napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas).
Spirometri:
- VEP1 / KVP < 70% atau
- 50% < VEP1 < 80% prediksi.
3. PPOK Berat
Gejala klinis:
- Sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas kronik.
- Eksaserbasi lebih sering terjadi
- Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan.
Spirometri:
- VEP1 / KVP < 70%,
- VEP1 < 30% prediksi atau
- VEP1 > 30% dengan gagal napas kronik
Gagal napas kronik pada PPOK ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan analisa
gas darah, dengan kriteria:
- Hipoksemia dengan normokapnia atau
- Hipoksemia dengan hiperkapnia
a.      Penatalaksanaan
-          Pencegahan : mencegah kebiasaan merokok,infeksi, dan polusi udara.
-          Terapi eksaserbasi akut dilakukan dengan :
a. Antibiotik, karena eksaserbasi akt biasanya disertai infeksi.
·         Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka digunakan ampisilin 4 x 0,25-0,5 gr/ hr atau eritromisin 4 x 0,5 gr/hr.
·         Augmentin(amoksisilin dan asam, klavulanat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah h. influenza dan B. catarhalis yang memproduksi β-laktamase.
b. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2
c. fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan baik.
d. bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya, golongan andrenergik β dan antikolinergik. Pada pasien dapat diberikan salbutamol 5mg dan atau ipratropium bromide 250 μg diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25-0,5 g iv secara perlahan.
-          Terapi jangka panjang dilakukan dengan:
                             i.         Antibiotic untuk kemoterapi preventive jangka panjang, ampisilin 4 x 0,25-0,5 g/hari dapat menurunkan kejadian eksaserbasi akut
                           ii.         Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan objektif dari fungsi faal paru
                         iii.         Fisioterapi
                         iv.         Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
                           v.         Mukolitik dan ekspektoran
                         vi.         Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal  napas tipe 2 dengan PaO2 <7,3 kPa (55mmHg)
                       vii.         Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja merasa sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi. Rehabilitasi untuk pasien PPOK adalah:
·      Fisioterapi
·      Rehabilitasi psikis
·      Rehabilitasi pekerjaan






LAPORAN KASUS (asuhan KEPERAWATAN)

Nama Mahasiswa : Putu Devi Kharismasari
N I M                    : 04.08.2065
Ruang                    : Angsa RSU Daerah Wangaya,Denpasar-Bali.
Pengkajian diambil tanggal: 20 Maret 2011. Jam 08.00 Wita

1.         IDENTITAS PASIEN

Nama                              : Tn AM
No.Regester                   : 10081519
Umur                              : 56 Tahun.
Jenis Kelamin                 : Laki-laki.
Suku/Bangsa                  : Jawa/Indonesia
Agama                            : Islam
Status Marietal               : Kawin
Pekerjaan                        : PNS
Pendidikan                     : SLTA
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Alamat                           : Jl. A.Yani no.18A,Denpasar
Tanggal MRS                 : 15 Maret 2011                                Jam: 14.00 Wita.
Cara Masuk                    : Lewat IRD RSUD Wangaya,Denpasar-Bali
Diagnosa Medis             : PPOK
Alasan Dirawat              : Mendapatkan pertolongan pemberian Oksigen
Keluhan Utama              : Sesak nafas.

2.         RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
1)        Riwayat Penyakit Dahulu
Sesak nafas kumat-kumatan sejak 5 tahun yang lalu. Klien pernah MRS dengan penyakit yang sama selama 8 kali. Mempunyai riwayat Asthma Bronkiale sejak kecil. Klien merokok selama 30 tahun sebanyak 2 pak/hari.

2)        Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak nafas kumat-kumatan sejak 5 tahun yang lalu, 5 hari ini sesak bertambah berat, sudah minum obat + aerosol tetapi tetap sesak. Sesak nafas pada waktu berbaring, duduk, berdiri maupun berjalan. Sebelumnya batuk berdahak (+), warna putihkekuningan

3)        Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua dan anak dari klien ada juga yang menderita penyakit seperti yang diderita klien saat ini.

4)        Keadaan Kesehatan Lingkungan
Klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal cukup bersih.

5)        Riwayat Kesehatan Lainnya
Alat bantu yang dipakai : Tidak Menggunakan Alat Bantu



3.         OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1)        Keadaan Umum : baik

2)        Tanda-tanda vital
Suhu                      : 36,8 0C
Nadi                      : 100 X/menit. Kuat dan teratur
Tekanan darah       : 100/60 mmHg.
Respirasi                : 32 x/menit

3)        Body Systems
(1)      Pernafasan (B 1 : Breathing)
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 32 x/menit. Nafas pendek, khususnya pada saat kerja, cuaca atau episode serangan asthma, rasa dada tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas. Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama 3 bulan berturut-turut selama 3 tahun sedikitnya 2 tahun. Sputum putihkekuningan dengan jumlah banyak. Pengguanaan otot bantu pernafasan, Dada barell chest, gerakan diafragma minimal. Bunyi nafas, Ronki, wheezing, redup. Perkusi hypersonor pada area paru. Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh.
Hasil foto Thorax PA tanggal 15 Maret 2011:
Cor               : bentuk Tear Drops
Pulmo           : Tampak bronchopulmonary Pattern sedikit meningkat hiperacrated kedua paru.
Kedua sinus Phrenicocostalis tumpul (tampak tenting pada kedua hemidiafragma).
Tampak perselubungan homogen pada hemithorax kanan bawah lateral.
Tampak callus formation pada costa 5, 6, 7, dan 8 kanan belakang.
Kesimpulan  : Emphysematous Lung, Efusi Pleura bilateral yang telah mengalami organisasi bekas fraktur Costa 5, 6, 7, dan 8 kanan belakang.

(2)      Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Nadi 100 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 100/60 mmHg, Suhu 36,8 0C, Pembengkakan pada ekstremitas bawah. Distensi vena leher, sianosis perifer.
Hasil EKG tanggal 17 Maret 2011
Sinus takikardi disertai PAC dan PVC oleh karena pemberian Aminophyllin (Efek Aritmogenik).

(3)      Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran (GCS) : Membuka mata : Spontan (4)
  Verbal               : Orientasi baik (5)
  Motorik             : Menurut perintah (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik.
Persepsi Sensori       : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Pendengaran                        : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Penciuman                : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Pengecapan              : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Penglihatan              : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Perabaan                   : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.


(4)      Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)
Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning muda.

(5)      Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Mulut dan tenggorokan normal, Abdomen normal, Peristaltik normal, tidak kembung, tidak terdapat obstipasi maupun diare, Rectum normal, klien buang air besar 1 X/hari.

(6)      Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi : bebas/terbatas
Parese ada/tidak, Paralise ada/tidak, Hemiparese ada/tidak,
Ekstrimitas                           : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Atas                             : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Bawah                         : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Tulang Belakang                  : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Warna kulit                          : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Akral                                    : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Turgor                                  : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus.

(7)      Sistem Endokrin
Terapi hormone : (-)
Karakteristik sex sekunder   : Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik:  Tidak ada kelainan/ Dalam batas normal.
Postural hipotensi : (-).

Pola aktivitas sehari-hari
(1)      Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan
Pada klien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak Penyakit Paru Obstruktif Kronik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.

(2)      Pola Nutrisi dan Metabolisme
Akibat mual/muntah, nafsu makan menurun, ketidakmampuan makan karena distress pernafasan maka berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
TB = 162 cm. BB = 33 kg. ® BB Edial = (162 – 100) – 10% = 56 kg.

(3)      Pola Eliminasi
Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning muda.
Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan. Klien buang air besar 1 X/hari.


(4)      Pola tidur dan Istirahat
Perlu tidur dalam posisi duduk cukup tingi. Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
Tanda : gelisah, insomnia.
(5)      Pola Aktivitas dan latihan
Keletihan, kelelahan, malaise. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernafas. Kelelahan, kelemahan umum/kehilangan masa otot.

(6)      Pola Hubungan dan Peran
Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung.
Keterbatasan mobilitas fisik.
Kelalaian hubungan antar keluarga.

(7)      Pola Sensori dan Kognitif
Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik, klien tidak mengalami disorientasi.

(8)      Pola Persepsi Dan Konsep Diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem). Klien mengalami cemas karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.

(9)      Pola Seksual dan Reproduksi
Libido menurun, gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Selama dirawat di rumah sakir klien tidak dapat melakukan hubungan seksual seperti biasanya.

(10)  Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa kecemasan (Ansietas), ketakutan dan peka rangsang, mudah tersinggung dan marah, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.

(11)  Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh berupa PPOM tidak menghambat klien dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah klien.
Personal Higiene
Penurunan Kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas tubuh ® Kebersihan buruk, bau badan.

Ketergantungan
Klien tidak mempunyai kebiasaan minum-minuman yang mengandung alkohol.
Klien mempunyai kebiasaan merokok sejak 30 tahun yang lalu dan mampu menghabiskan 2 pak / hari.

Aspek Psikologis
Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa terasing dan sedikit stress menghadapi tindakan yang diprogramkan.

Aspek Sosial/Interaksi
Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung.
Keterbatasan mobilitas fisik. Kelalaian hubungan antar keluarga.

Aspek Spiritual
Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama Islam, ajaran agama dijalankan setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah dan aktif mengikuti kegiatan agama yang diselenggarakan oleh mesjid di sekitar rumah tempat tinggalnya maupun oleh masyarakat setempat.
Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan spiritualnya


DIAGNOSTIC TEST/PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan Laboratorium.

Darah lengkap tanggal: 15 Maret 2011.
-            Hb                        : 10,7 gr% mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl)
-            Leukosit               : 18.600               (4000 – 11.000).
-            Trombosit             : 381                    (150 – 350).
-            PCV                     : 0,33

Faal Hati tanggal : 15 Maret 2011.
-            SGOT           : 20 (L < 37 P < 31)U/L

Faal Ginjal tanggal  : 15 Maret 2011.
-            Ureum/BUN     : 12 mg/dl           (10 – 45)
-            Serum Creatinin:  0,93 mg/dl       (L : 0,9 – 1,5 P : 0,7 – 1,3)

Darah lengkap tanggal : 20 Maret 2011.
-            Hb                          : 10,6 gr% mg/dl  (L 13,5 – 18,0 – P 11,5 – 16,0 mg/dl)
-            LED                       : 100                     (L 0 – 15/jam P 0 – 20/jam
-            Leukosit                 : 17.600                (4000 – 11.000).
-            Hematokrit             : 31,1                    (L 0,40 – 0,47      P 0,38 – 0,42)
-            Trombosit               : 421                      (150 – 350)
-            PCV                       : 0,33

Gula darah tanggal : 20 Maret 2011.
-            Glukosa Puasa : 50 mg/dl (< 126 mg/dl)

Lemak tanggal            :  20 Maret 2011.
-            Cholesterol Total : 217  (100 - 240)


Faal Hati tanggal: 20 Maret 2011.
-            Alkali Phospatase : 261  
-            SGOT                    : 29,2            (L < 37 P < 31)            U/L
-            SGPT                     : 16,11          (L < 40 P < 31)            U/L
-            Albumin                  : 3,81 gr/dl   (3,2 – 3,5 gr/dl)

Faal Ginjal tanggal : 20 Maret 2011.
-            Uric Acid         : 4,13 mg/dl         (L : 3,4 – 7,0 P 2,4 – 5,7)

Elektrolit tanggal : 20 Maret 2011.
-            Natrium         : 136 mmol/l    (135 – 145 mmol/l)
-            Kalium          : 2,2mmol/l       (3,5 – 5,5 mmol/l)

Gas Darah Analisa :
-            PH                   : (7,35 – 7,45)
-            PO2                    : (80 – 100) mmHg
-            PCO2                : (35 – 45) mmHg
-            HCO3               : (22 – 26) mmol/L
-            BE                   : (- 2,5 -  + 2,5) mmol/L


TERAPI :
-            Oksigen 2 Lt/mt
-            Inj Cepotaxime 3 X 1 gr.
-            Tab Cefrofloxacin 2 X 500 mg
-            Atroven Nebulizer 4 x / hr.
-            Bricasma Nebulizer 4 x / hr.
-            Syr Antacid 3 X 1 C1
-            Tab Ranitidin 2 X 1
-            Tab Codein 3 X 10 mg
Infus RL drip KCl 25 mg/24 jam

1 komentar:

  1. Best Slots Casinos in the US | PokerStars Casinos 2021
    The best online 페이 백 먹튀 casinos in the 감사 짤 United States. We rank the 코드 벳 top US casinos, review all 승인전화없는 토토사이트 casino 무료슬롯머신 websites, and review all the top online

    BalasHapus